Kecenderungan
otak manusia adalah lebih mudah menangkap peristiwa atau hal-hal negatif
dibanding hal-hal positifnya. Oleh karena itu, ketika berada dalam kondisi
tertekan kita akan lebih mudah menilai diri lebih rendah, merasa tidak mampu,
tidak berdaya, tidak berharga, tidak berarti dan sejenisnya. Hal ini terjadi
karena stimulus negatif lebih mudah mengurangi kinerja/aktivasi hormon
kebahagiaan sehingga memicu batang otak kita untuk lebih lebih sensitif
terhadap hal-hal atau sisi-sisi negatif. Proses yang terjadi pun mengarahkan
kita ke pemikiran yang negatif, sehingga sinaps-sinaps
di otak yang merangsang jalur emosi di bagian amygdala pun cenderung menstimulasi dan memunculkan emosi negatif
dibanding positif. Terlebih lagi saat peristiwa tidak menyenangkan yang
disertai dengan emosi negatif tersebut terus menerus di-retrieve sehingga menstimulasi tubuh kita untuk meresponnya lebih
sering dan dalam intensitas yang lebih besar. Akibatnya, hormon neurotransmitter akan melakukan bonded pada hal-hal negatif dan mem-blocked hal lain (yang bersifat
positif), serta menurunkan aktivasi hormon kebahagiaan yang berdampak pada
semakin menurunnya daya tahan tubuh. Penurunan daya tahan tubuh ini pun
selanjutnya akan memicu reaksi fisiologis di beberapa titik nyeri syaraf parasimpatetik.
Itulah mengapa orang yang sedang merasa tertekan lebih rentan merasa sakit
(seringkali disebut munculnya simtom fisik stres atau psikosomatis).
Namun
demikian, kalau kita pelajari jauh lagi tentang brain plasticity, ternyata otak kita itu bersifat plastis. Hal ini
memungkinkan kita untuk melakukan cara-cara tertentu, sebagai usaha untuk
mengurangi atau bahkan mengubah pemikiran negatif kita ke arah positif. Telah
banyak hasil kajian yang mengulas bahwa kegiatan-kegiatan positif ataupun
aktivitas-aktivitas sederhana yang dirasa positif mampu meningkatkan sisi
positif kita, bila dilakukan secara rutin dan sungguh-sungguh. Misalnya saja,
setiap hari kita membayangkan kejadian-kejadian yang positif. Hal ini akan
mengaktivasi gelombang elektromagnetik yang sesuai (compatible) dengan tubuh sehingga kita lebih mudah memicu sisi
positif dalam diri kita, salah satunya hormon kebahagiaan. Kegiatan
membayangkan hal-hal positif yang diulang-ulang setiap hari, paling tidak
setiap bangun dan akan tidur, selain dapat meningkatkan sisi positif kita, hal
ini juga memudahkan kita untuk mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan.
Saya
rasa alasan ini cukup masuk akal sebagai dasar-dasar kegiatan positif, seperti
membuat gambaran positif tentang diri kita di masa depan, mensyukuri apa yang
didapatkan/dialami, dan mengingat tiga hal baik dalam hidup kita, serta proses savoring (menikmati pengalaman masa
lalu, masa kini, dan kemungkinan di masa depan yang menyenangkan), penting
untuk dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar