Minggu, 06 November 2016

Jurnal Positifku: Mengapa kita lebih mudah menangkap hal-hal negatif

Kecenderungan otak manusia adalah lebih mudah menangkap peristiwa atau hal-hal negatif dibanding hal-hal positifnya. Oleh karena itu, ketika berada dalam kondisi tertekan kita akan lebih mudah menilai diri lebih rendah, merasa tidak mampu, tidak berdaya, tidak berharga, tidak berarti dan sejenisnya. Hal ini terjadi karena stimulus negatif lebih mudah mengurangi kinerja/aktivasi hormon kebahagiaan sehingga memicu batang otak kita untuk lebih lebih sensitif terhadap hal-hal atau sisi-sisi negatif. Proses yang terjadi pun mengarahkan kita ke pemikiran yang negatif, sehingga sinaps-sinaps di otak yang merangsang jalur emosi di bagian amygdala pun cenderung menstimulasi dan memunculkan emosi negatif dibanding positif. Terlebih lagi saat peristiwa tidak menyenangkan yang disertai dengan emosi negatif tersebut terus menerus di-retrieve sehingga menstimulasi tubuh kita untuk meresponnya lebih sering dan dalam intensitas yang lebih besar. Akibatnya, hormon neurotransmitter akan melakukan bonded pada hal-hal negatif dan mem-blocked hal lain (yang bersifat positif), serta menurunkan aktivasi hormon kebahagiaan yang berdampak pada semakin menurunnya daya tahan tubuh. Penurunan daya tahan tubuh ini pun selanjutnya akan memicu reaksi fisiologis di beberapa titik nyeri syaraf parasimpatetik. Itulah mengapa orang yang sedang merasa tertekan lebih rentan merasa sakit (seringkali disebut munculnya simtom fisik stres atau psikosomatis). 

Namun demikian, kalau kita pelajari jauh lagi tentang brain plasticity, ternyata otak kita itu bersifat plastis. Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan cara-cara tertentu, sebagai usaha untuk mengurangi atau bahkan mengubah pemikiran negatif kita ke arah positif. Telah banyak hasil kajian yang mengulas bahwa kegiatan-kegiatan positif ataupun aktivitas-aktivitas sederhana yang dirasa positif mampu meningkatkan sisi positif kita, bila dilakukan secara rutin dan sungguh-sungguh. Misalnya saja, setiap hari kita membayangkan kejadian-kejadian yang positif. Hal ini akan mengaktivasi gelombang elektromagnetik yang sesuai (compatible) dengan tubuh sehingga kita lebih mudah memicu sisi positif dalam diri kita, salah satunya hormon kebahagiaan. Kegiatan membayangkan hal-hal positif yang diulang-ulang setiap hari, paling tidak setiap bangun dan akan tidur, selain dapat meningkatkan sisi positif kita, hal ini juga memudahkan kita untuk mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan.
Saya rasa alasan ini cukup masuk akal sebagai dasar-dasar kegiatan positif, seperti membuat gambaran positif tentang diri kita di masa depan, mensyukuri apa yang didapatkan/dialami, dan mengingat tiga hal baik dalam hidup kita, serta proses savoring (menikmati pengalaman masa lalu, masa kini, dan kemungkinan di masa depan yang menyenangkan), penting untuk dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar