Iya, sih. Tapi kalau dirasakan lebih jauh, ada banyak hal yang dapat dipetik dari melihat pelangi. Lebih tepatnya banyak makna/pelajaran yang dapat kita raih (menurutku sih)...
Pertama, ketika kita melihat pelangi akan ada banyak warna di situ, dari merah sampai ungu, ada. Setiap warna memiliki keindahan sendiri-sendiri...dan semuanya terlihat semakin sempurna jika dilihat bersama-sama dalam bentuk pelangi. Dari sini, ada satu hal menarik yang menggelitik pikiranku, sekaligus membenarkan kata-kata dari seorang sahabat.
Jika pelangi ini dianalogikan dengan persahabatan atau relationship, mungkin saya biru (nggak dink!! sebenarnya saya lebih suka warna pink atau ungu), engkau merah, dia kuning, dan orang lain adalah warna lainnya.. maka, setiap orang akan mempunyai warna (ciri khas) sendiri-sendiri, yang seringkali (lebih tepatnya, memang) memiliki perbedaan satu sama lain. ada kelebihan yang dimiliki dan ada kekurangan yang dimiliki (kalau dalam peribahasa, "tak ada gading yang tak retak" kali ya). Tapi semuanya itu akan terasa lebih indah jika kita dapat memahami, saling menguatkan dan saling melengkapi satu sama lain, sehingga dapat melengkapi pelangi ukhuwah tersebut. Lain halnya jika kita saling menonjolkan kelebihan masing-masing tanpa dapat menerima kekurangan orang lain, maka ukhuwah tersebut tidak akan seindah pelangi.
Kedua, pelangi dapat diibaratkan sebagai ajang pendewasaan dan sumber kekuatan bagi kita..(at least menurut saya). Kenapa bisa begitu? Nah begini alasannya. Untuk melihat pelangi, tentu saja kita butuh hujan dan matahari, kan? kalau semisal hujan diibaratkan dengan kesedihan (dalam hal ini kita sedang dilatih untuk bersabar), kemudian matahari diibaratkan dengan kesenangan (dalam hal ini kita dilatih untuk bersyukur), maka keduanya sangat dibutuhkan untuk mendewasakan kita dan sebagai sumber kekuatan dalam mengarungi dunia yang keras ini. Saya pernah denger dari cerita seorang sahabat,katanya, syukur dan bersabar adalah dua kekuatan terbesar bagi seorang manusia. Nah, kalau begitu pas sekali bukan?
Demikian pula ketika kita melihat matahari sebagai sebuah pertemuan, dan gerhana sebagai sebuah perpisahan, maka kita juga butuh keduanya untuk belajar menerima segala ketentuan yang telah ditetapkan sekalipun itu tidak pernah meminta persetujuan kita lebih dulu, terlebih untuk segala hal yang telah terencana.
Hmmm...membicarakan tentang perencanaan, ada dua kata yang selalu saya ingat, yaitu sukses dan gagal. Yah, kesuksesan dan kegagalan saya rasa tidak akan pernah berakhir sepanjang hayat kita. Tapi sukses sejati adalah kemampuan untuk melalui kegagalan demi kegagalan tanpa kehilangan semangat untuk bangkit dan bangkit kembali.
kalau yang saya dapat ketika kuliah Dasar-dasar Konseling, pas sesi dosen tamu, begini katanya...
"Kita gagal bukan saat kita jatuh tetapi saat kita tidak bangun lagi."
So, Never give up. Doing everything with God.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar