Senin, 30 Mei 2011

Kemuliaan itu Tidak Pernah Tertukar

Ketika membaca judul ini mungkin ada teman-teman yang mengerutkan kening atau mungkin merasa aneh. Tapi, memang dari satu kalimat ini aku bisa menjadi lebih optimis dan lebih ber-positive thinking dalam menghadapi suatu permasalahan.
Tidak bisa kita pungkiri, dalam hidup ini, banyak sekali permasalahan kecil yang membuat kita stress, terlebih buat orang-orang yang mempunyai dorongan untuk berprestasi dan dorongan untuk mencapai kesempurnaan. dari pengalaman yang pernah aku alami, ternyata kalimat ini sangat bermanfaat me-manage hatiku. Yah, mungkin dengan sharing ini ada yang terinspirasi atau dapat membuka wawasan baru dalam mencari solusi. Heeehhee...

Ketika aku masih berada di tahun kedua masa kuliahku, aku pernah merasa terjatuh karena apa yang kita usahakan terasa akan sia-sia. Dulu, aku tipe orang yang suka belajar (dulu loh) dan dalam mengerjakan segala sesuatu (tugas maupun ujian) sebaik-baik mungkin (baca:sempurna). So, aku merasa bahwa nilai yang aku peroleh sudah pasti akan tinggi dan maksimal. Tapi, kenyataan yang terjadi tidaklah sama dengan apa yang aku pikirkan. Kepedeanku ternyata berbalik, tadinya aku mengira bahwa nilaiku pasti A, tapi ternnyata A/B. Tentu saja berbagai pertanyaan timbul dalam diriku, bahkan sempat aku ingin menanyakan nilai itu ke dosen yang mengampu mata kuliah tersebut. hal ini semakin terkuatkan ketika orang yang aku contekin justru mendapat nilai A. Dalam hatiku berkata,"Ini bener-bener nggak fair buatku." Terlebih lagi aku masih tergolong ke dalam masa remaja yang penuh dengan ketidakstabilan.

Jika kalian berada di pihakku, apakah akan berkata demikian? (Cukuplah di jawab dalam hati)

Tapi, pada akhirnya, kelembutan nasehat dari ibuku, mengurungkan niatku setahap demi setahap. Saat itu, aku ingat banget, waktu itu ibuku bilang gini, "Ya ampun dik, buat apa kamu protes atau nanyain nilai ke dosenmu? emang yang mau kamu cari itu apa? Hanya nilai apa ilmunya?" Sejenak aku terdiam, berpikir sesaat. Apa benar aku cenderung cuma berorientasi pada nilai? Aku pun mulai bimbang, dan dalam kebimbanganku itu perlahan-lahan aku membenarkan kata-kata ibuku.

Melihat aku yang hanya terdiam, ibuku melanjutkan kata-katanya lagi. "Gini ya dik, asal kamu tahu, yang namanya guru, entah guru kelas, entah dosen itu tidak akan terlalu bodoh untuk memberikan nilai, mereka hanya menuliskan apa yang telah kalian berikan, hanya menuliskan apa yang telah kalian kerjakan, jadi apa yang kamu peroleh sekarang ya itulah yang telah kamu kerjakan, yang telah kamu setorkan. Kalaupun itu nggak sesuai, sekarang kembalikan ke dirimu sendiri. Usahamu udah maksimal belum? Apa kamu yakin tidak ada yang kurang? Kalau kamu udah yakin dengan belajarmu, sekarang lihat ibadahmu, amalanmu..."

Kembali aku terdiam, berpikir lebih jauh lagi. Tiba-tiba hati kecilku mengiyakan kata-kata dari ibuku. akhirnya aku cuma bisa menggeleng dan menunduk saja.
"Nah, itu dia... Dik, mungkin kamu perlu memegang satu hal, Yang namanya kemuliaan itu, apapun itu, tidak akan pernah tertukar.. yakinlah. Kalau itu memang sudah takdirmu pasti akan bisa kamu raih setelah kamu berusaha dan mengusahakannya. Allah itu selalu punya cara yang bijak untuk menyayangimu. Cobalah untuk mensyukuri apa yang didapat. Nggak semua orang dapat kesempatan yang sama."

Awalnya aku sedikit meragukannya, dan berusaha untuk membuktikannya. Alhasil, setelah satu semester berlalu, akhirnya aku pun mengerti dengan maksud ibuku. Seoerti tak diduga-duga ternyata aku mendapatkan pengalaman yang mengembangkan kompetensiku diiringi dengan IP ku yang naik... Aku benar-benar tidak menyangkanya. Ternyata bersyukur atas apa yang terjadi pada diri kita memang perlu. Dan satu hal yang mulai menjadi prinsip dalam diriku, memang kemuliaan itu tidak akan pernah tertukar jika kita mau meyakininya pasti akan bisa membuktikan hal itu.

You believe or not, it's your freedom....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar